Page 17 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 17

sempoyongan  dan  jatuh  ke  tanah.  Raja  tidak  menyia-nyiakan

                  kesempatan itu. Dengan sekali lompatan saja raja sudah tiba di

                  tanah  dan  langsung  menyerang raksasa  pemakan  manusia  yang

                  sedang  sempoyongan.  Seketika  itu  juga  raksasa  itu  limbung  ke
                  tanah dan tak bergerak lagi.

                       “Cepatlah,  jangan  buang  waktu,  kita  kembali  ke  Burinaga.”

                  Raja memerintahkan pengawalnya untuk mempersiapkan perahu
                  yang akan mereka tumpangi kembali.

                       Perjalanan  ke  Burinaga  bisa  ditempuh  lebih  cepat  berkat

                  bantuan burung rajawali. Begitu sampai di istana, raja langsung

                  menuju bilik permaisuri.

                       “Bagaimana  kabar  permaisuri,  Inang?” Raja  menyapa  inang
                  yang ada di muka bilik permaisuri.

                       “Syukurlah,  Tuanku  bisa  cepat  kembali.  Ampun,  Tuanku,

                  permaisuri belum mau makan apa-apa. Keadaannya semakin lemas
                  karena sering muntah pula.”

                       Raja  pun  bergegas masuk  ke ruang  peraduan  permaisuri.

                  Hatinya sangat sedih melihat keadaan permaisuri.

                       “Dinda, Dinda, bukalah matamu. Lihat apa yang Kanda bawa.”

                  Raja mengelus-elus rambut permaisuri dengan kasih sayang.
                       “Bangunlah, Dinda, Kanda sudah datang membawakan mangga

                  dari Pulau Pangka.” Belum ada reaksi dari permaisuri.

                       “Bukalah matamu. Kuatkan dirimu untuk anak kita, Dinda.”
                       Permaisuri pun pelan-pelan membuka matanya. Ia menggeliat

                  perlahan.

                       “Kaukah itu, Kanda?” Dengan dibantu raja, permaisuri perlahan

                  duduk. Mereka berpelukan erat seakan tidak mau terpisah lagi.

                       “Kanda baik-baik saja? Syukurlah, Dinda takut membuka mata.
                  Dinda  sangat  mengkhawatirkan  keselamatan  Kanda.  Maafkan,

                  karena Dinda, Kanda harus menempuh bahaya.”





                                                            9
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22