Page 34 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 34

“Oh, begitu.”  Indara Pitara tidak berkomentar panjang.

                       “Pasti  banyak  yang  ikut,  tetapi  tidak  salah  juga  kalau  saya

                  coba-coba,” demikian pikirnya. Setelah hari mulai senja, Indara

                  Pitara pun kembali ke pondok sang nenek.



                       “Apakah  nenek  punya  seekor  ayam?”  Baru  saja  melangkah

                  masuk ke pondok, Indara Pitara mulai mencari keperluan untuk
                  sayembara.

                       “Untuk apa kau tanyakan itu, Nak? Duduklah dulu, kamu kan

                  baru kembali dari perjalanan jauh. Apa kamu tidak lelah?”

                       ”Saya tadi berjalan santai-santai saja, Nek. Jadi, saya tidak

                  merasa lelah.  Apa Nenek punya seekor ayam?”
                       “Kalau ayam, saya tidak punya, Nak.”

                       “Kalau telur ayam, Nek?”

                       “Kalau telur, ada. Memangnya untuk apa ayam itu?”
                       “Saya mau ikut menyabung ayam, Nek.”

                       “Telur  itu Nenek simpan  untuk  upacara  turun  tanah  kalau

                  nanti Nenek sudah mati. Namun, kalau kamu membutuhkan, ambil

                  sajalah.”

                          “Di mana telur ayam itu, Nek? Bolehkah saya memintanya?”
                       Nenek  pun  segera  beranjak  mengambil  telur  yang

                  dimaksudkannya.  Selanjutnya,  telur  diberikan  kepada  Indara

                  Pitara.  Di  tangan  Indara  Pitara,    telur  dipegang,  dipindahkan
                  berkali-kali dari tangan kanan ke tangan kiri. Selanjutnya, telur itu

                  dipindahkannya lagi ke tangan kiri. Demikian selanjutnya sampai

                  tujuh  kali.  Tiba-tiba telur  ayam  itu  jatuh  dan  pecah.  Seketika

                  itu juga telur berubah menjadi seekor ayam jago. Ayam itu pun

                  langsung berkokok, “Tottorea o manua Raja Indara Pitara, kakabo
                  nenek kubaeya lalonsidanedane pangkuteaga.”








                                                           26
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39