Page 40 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 40
dari raja.”
“Kira-kira buah itu ada di mana, Nek?”
“Kamu berminat ikut sayembara itu?”
“Tidak ada salahnya kita coba dulu, Nek. Siapa tahu saya bisa
membantu kesembuhan raja.”
“Tempat pastinya, Nenek juga tidak tahu, Nak. Menurut cerita
orang-orang tadi, berjalan saja ke arah selatan.”
“Baiklah. Kalau begitu, Nek, besok pagi-pagi saya akan pergi
mencari buah tersebut. Doakan saya, ya, Nek.”
“Kira-kira kamu bisa berhasil tidak, ya?”
“Kita coba dulu, Nek. Kalau kita tidak berusaha, kita tidak akan
tahu apakah kita akan berhasil atau tidak. Akan tetapi, begini Nek.
Selama saya pergi, Nenek jangan keluar rumah, ya. Biarlah orang
lain mengira kalau Nenek sedang pergi mencari buah untuk obat
raja.”
“Baiklah.”
Indara Pitara mempunyai seekor burung kasturi yang lahir
bersamaan dengan dirinya. Burung tersebut mengajukan permintaan
agar diikutkan dalam perjalanan Indara Pitara. Namun, Indara
Pitara menolaknya. Sementara itu, nenek mulai bersembunyi dalam
pondok. Indara Pitara pun memulai perjalanannya. Belum begitu
jauh ia berjalan, ia mendengar suara yang memanggil namanya.
“Indara Pitara, Indara Pitara, singgahlah dulu. Kamu injak-injaklah
kami dulu supaya kami bisa menjadi perak atau emas.” Indara Pitara
menoleh. Ternyata suara itu berasal dari batu-batu. Indara Pitara
tetap saja berjalan. Tak lama kemudian, ia mendengar lagi ada suara
yang memanggilnya. Suara itu berasal dari ranting-ranting pohon.
Demikianlah seterusnya. Sepanjang perjalanan ada-ada saja
yang memanggilnya sampai ia mendengar sebuah pohon roboh
32