Page 41 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 41

terbanting ke tanah. Ia pun berjalan pelan-pelan sambil mencari

                  asal suara.

                       Setelah beberapa meter melangkah, ia melihat kayu yang  baru

                  saja  terbanting,  yang  sedang  diisap  ular  besar.  Indara  Pitara
                  mendekati kayu yang terbanting.

                       Namun,  tiba-tiba  ular  itu  berbicara,  “Awas,  Indara  Pitara,

                  jangan mendekat! Nanti saya telan kamu!”
                       “Telan saja, saya tidak takut!” Indara Pitara semakin mendekat

                  dan  ular  pun  terus  mengancam.  Setelah  berjarak  kurang  lebih

                  tujuh meter, Indara Pitara melompat dan mengangkat mulut ular

                  itu. “Saya akan membelah kamu, Ular!”

                       “Jangan, Indara Pitara. Saya minta maaf. Nanti saya beri kamu
                  satu  sisik saya!”  Ular  hitam  itu  ketakutan  melihat  kemampuan

                  Indara Pitara.

                       “Untuk apa sisik itu?”
                       “Setelah  satu  minggu lagi  berjalan,  kamu  akan  menemukan

                  sebuah sungai. Air sungai itu sangat keras. Apa saja yang terkena

                  air sungai itu akan hancur. Hanya kulitku ini yang tidak hancur.”

                       “Baiklah,  saya  akan  melepaskanmu.”  Indara  Pitara  pun

                  melepaskan sang ular dan mengambil satu sisiknya.
                       Indara Pitara kembali melanjutkan perjalanan. Benar ucapan

                  sang ular. Setelah seminggu berjalan, Indara Pitara menemukan

                  sungai yang airnya keras. Semua benda yang jatuh ke dalam sungai
                  itu langsung hancur, seperti kayu, batu, atau apa saja. Pada saat

                  Indara Pitara akan menyeberangi sungai tersebut, ia teringat kata-

                  kata ular hitam. Ia pun  mengambil sisik ular itu untuk dijadikan

                  sampan. Akhirnya, Indara Pitara tiba di seberang dengan selamat.

                       Indara Pitara kembali melanjutkan perjalanan. Tanpa terasa
                  sudah seminggu ia berjalan. Tiba-tiba terdengar suara pohon kayu








                                                           33
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46