Page 42 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 42

tumbang. Indara Pitara kaget. Ia berhenti dan mencari sumber

                  suara itu. Ternyata pohon tumbang itu berada sekitar dua puluh
                  meter di depannya. Bergegas ia menuju pohon tumbang tersebut.

                  Ia  mengamati  dengan  saksama  dan  terlihatlah  beberapa  ekor

                  burung pipit  yang sedang berkejaran.

                       “Berhenti,  apakah  yang  kalian  perebutkan!”  teriak  Indara
                  Pitara tatkala melihat dua ekor burung pipit sedang memperebutkan

                  sesuatu. “Kalau kalian  tidak  berhenti, saya akan panah kalian!”

                       ”Jangan. Jangan panah kami,” sahut kedua burung itu hampir

                  bersamaan.
                       “Mengapa kalian berkelahi?”

                       “Di situ, di pohon tumbang itu ada cabang kayu yang merupakan

                  azimat nenek moyang. Cabang kayu tersebut milik nenek moyang

                  saya. Akan tetapi, dia ini datang dan mengaku-aku bahwa kayu itu
                  kepunyaan nenek moyangnya.”

                       “Eh, saya  tidak  mengaku-aku.  Kayu  itu  memang  kepunyaan

                  nenek moyangku. Kamu itu yang mengaku-aku.” Keduanya saling

                  menuding.
                       “Berhenti,” teriak Indara Pitara. “Sebenarnya apa guna cabang

                  kayu itu?”

                       “Itu kayu pusaka, warisan nenek moyang kami. Pedang yang

                  tajam sekalipun, jika dikikis dengan cabang kayu itu akan tumpul
                  seketika, setumpul bagian belakang parang matanya.”

                       “Hebat  juga.”  Indara  Pitara  membatin.  “Coba,  mana  kayu

                  itu? Begini saja, nanti saya akan lempar kayu itu. Kalian berlomba

                  untuk  mengambilnya.  Siapa  yang  dapat,  dialah  yang  berhak
                  memiliki  cabang  kayu  itu.”  Indara  Pitara  pun  mengambil  kayu

                  azimat  tersebut.  Ia berpura-pura  melemparnya.  Kedua  burung













                                                           34
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47