Page 44 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 44
9
Berjumpa dengan Bidadari
Indara Pitara kembali melanjutkan perjalanan. Ia keluar
masuk hutan, naik turun gunung, dan menyeberangi sungai. Hari
itu Indara Pitara pun tiba di sebuah hutan yang tidak terlalu lebat.
Dia mengarahkan pandangannya ke sana ke mari untuk mencari
sesuatu yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk melepaskan
lelah dan hausnya. Hatinya bersorak riang tatkala dari kejauhan
tampak sebuah pondok.
“Di sini saya pasti bisa minta air minum,” pikirnya. Ia pun
berjalan ke arah pondok tersebut. Benar dugaannya. Di samping
pondok tersebut ia melihat sebuah sumur yang sangat besar dan
dalam. Airnya terlihat sangat jernih. Seketika hatinya tergoda untuk
segera meminum air tersebut. Namun, niat itu diurungkannya.
“Saya harus minta izin dulu kepada pemilik pondok ini.”
“Permisi. Apakah ada orang di dalam?” teriaknya dengan suara
yang agak keras.
“Permisi. Saya mau izin minum air di sumur. Apakah di dalam
ada orang?” kembali Indara Pitara berteriak. Namun, belum
ada jawaban. Bahkan, ia dikagetkan dengan kehadiran seorang
bhangke-bhangkele dari balik semak-semak.
“Huss… jangan berteriak-teriak. Suaramu itu akan mengganggu
bidadari. Sini, kita sembunyi dulu.” Sambil menunjuk ke langit,
sang nenek melambaikan tangan memanggil Indara Pitara ke balik
36