Page 47 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 47

para bidadari itu bergantian berteriak karena kesakitan pahanya

                  dijepit. Mereka menyebut nama Indara Pitara karena Indara Pitara

                  memang sangat terkenal di kalangan para gadis karena wajahnya

                  yang sangat tampan.
                       Setelah  mandi,  bidadari-bidadari  tersebut  pun  terbang  lagi.

                  Seminggu  kemudian  para  bidadari  turun  kembali.  Satu  per  satu

                  bidadari itu melompat ke sumur. Indara Pitara yang sudah lebih
                  dulu  berada  di dalam  sumur  kembali  beraksi  dengan  mencubiti

                  paha bidadari satu per satu.

                       “Aih, udang ini menjepitku lagi,” teriak salah seorang bidadari.

                       “Iya, udang ini juga menjepitku, sakit…,” teriak bidadari yang

                  lain. Bidadari tersebut bergantian berteriak karena kesakitan.
                       Indara  Pitara  pun  semakin  berulah.  Setelah  ia  membuat  air

                  menjadi  keruh,  ia  naik dan  menjelma  sebagai  orang  tua.  Alat

                  terbang bidadari bungsu pun ia sembunyikan.
                       Para  bidadari  yang  sudah  tidak  nyaman  mandi  karena

                  banyaknya gangguan segera naik. Mereka bergegas memakai alat

                  terbang masing-masing.

                       “Tolong,  tolong,  ada  yang  melihat  pakaian  terbangku?”

                  terdengar teriakan bidadari bungsu.
                       Semua kakaknya menoleh. “Kamu taruh di mana tadi?” Bidadari

                  sulung mendekati adiknya yang sudah mulai menangis.

                       “Saya simpan di sini bersama-sama dengan punya kakak yang
                  lainnya.”

                       “Coba cari lagi, siapa tahu bertumpukan dengan yang lainnya.”

                  Semuanya pun sibuk membolak-balik pakaian terbang yang ada.

                       “Tetap  tidak  ada,  Kak.”  Air  mata  bidadari  bungsu  mulai

                  berjatuhan.
                       “He, lihat itu.  Ada orang tua di sana. Coba kita tanyai siapa tahu

                  dia yang mengambil baju terbang si bungsu.” Semuanya menoleh





                                                           39
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52