Page 53 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 53
istana.
Indara Pitara serasa tidak percaya dengan penjelasan raja
kayangan. Ia pun kembali ke tempat menabur wijen. Di tempat itu
sejenak ia termangu dan kebingungan. Di tengah kebingungannya
ia teringat pada semut. Secara tiba-tiba raja semut pun muncul.
“Apa gerangan yang membuat engkau memanggilku, Kawan?”
“Saya ini sedang dalam kesulitan.”
“Kesulitan apa itu?”
“Begini, saya mendapat tugas dari raja kayangan untuk
mengumpulkan biji-biji wijen ini yang tadinya kusebar di atas abu.”
“Oh, begitu? Itu soal gampang bagi kami.” Dalam sekejap saja
rombongan semut telah berhasil mengumpulkan biji-biji wijen.
Indara Pitara sangat gembira melihat hasil kerja raja semut
dan teman-temannya. Ia pun membawa biji-biji wijen tersebut
menghadap raja kayangan.
“Saya betul-betul salut kepadamu, Indara Pitara. Kamu telah
berhasil menyelesaikan semua ujian. Hari ini saya akan tunjukkan
kepadamu tempat buah yang kamu cari. Kemarilah, ikutlah
denganku.”
Raja kayangan membawa Indara Pitara ke belakang istana.
Ternyata buah yang dicarinya ada di belakang istana. Pohon berbiji
satu yang dicarinya adalah milik bidadari bungsu. Sebagaimana
cerita-cerita yang pernah ia dengar, pohon tersebut sulit untuk
dipanjat karena durinya yang bisa berubah arah. Pohon itu
dikelilingi binatang buas. Indara Pitara tidak gentar sedikit pun. Ia
mulai berpikir bagaimana cara menaklukkan duri yang melengket
pada pohon itu. Sementara Indara Pitara berpikir, dia mencoba
mendekati pohon itu. Namun, baru beberapa langkah saja Indara
Pitara dihalangi oleh La Garuda, kekasih bidadari bungsu.
45