Page 9 - Sultra-Raja Indara Pitara
P. 9

1




                                    Nazar Sang Raja













                       Dahulu kala, di Kerajaan Burinaga, bertahta seorang raja yang

                  memerintah dengan arif dan bijaksana.  Rakyatnya dapat bekerja

                  dengan aman dan tenang sehingga kehidupan mereka sejahtera.

                  Sayangnya,  kehidupan  keluarga  sang  raja  terasa  belum  lengkap
                  karena  belum  hadirnya  seorang  putra  yang  diharapkan  dapat

                  menjadi  penerus  kerajaan.  Berbagai  usaha  telah  dilakukan  oleh

                  raja dan permaisuri. Tak terbilang banyaknya orang pintar dari

                  berbagai penjuru kerajaan yang dipanggil ke istana  untuk mencari
                  penyebab yang membuat raja belum dikaruniai keturunan.

                       “Andaikata Yang Kuasa berkenan memberiku seorang anak, aku

                  akan ikhlas sekalipun tidak melihat jasadnya.” Suara itu terdengar

                  perlahan, tetapi di dalamnya tersirat sejuta kegalauan. Terlihat
                  kemasygulan dalam raut wajah sang raja.

                       “Kanda!”  Permaisuri   yang  sedang  duduk  menenun  terkejut,

                  seketika ia menghentikan tenunannya.

                       “Kenapa, Adinda? Saya kira Dinda mengerti perasaan Kanda.
                  Umur kita kian hari semakin bertambah. Kerajaan ini butuh seorang

                  penerus. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana nasib kerajaan ini

                  jika nantinya kita sudah tua dan belum punya anak.”

                       “Perasaan kita sama, Kanda. Kecemasan, kebimbangan Kanda
                  juga Dinda rasakan. Saya yakin semua ada jalan keluarnya. Kita

                  tidak  boleh  berputus  asa  dari  rahmat-Nya.  Kita  harus  sabar,





                                                            1
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14