Page 28 - Sampul dan Cerita Buah Ajaib
P. 28

kita kemalaman, di hutan ini banyak binatang buas”. Si
            bungsu terus merengek dan menangis perlahan.

                 Semua  abangnya  terdiam  dengan  pikiran  masing-
            masing.  Ketika  melihat  suasana  haru  tersebut,  kakak

            yang  paling  tua  beranjak  perlahan  dan  meraba-raba
            wajah adiknya yang lain. Dia merangkul adik bungsunya

            dengan penuh kasih sayang sambil berkata, ”Sudahlah,
            Dik,  jangan  menangis  lagi.  Adik  tidak  sendirian.  Kita

            ramai di sini, tidak ada yang perlu ditakutkan karena
            kita punya Allah Yang Maha Pelindung dan Maha

            Segala-galanya. Adik tak usah cemas lagi, kami akan
            selalu menjagamu, percayalah!” Kakak tertua berkata

            dengan penuh kasih sayang.
                   Sementara itu, suasana di dalam hutan terlihat

            sudah gelap dan sebentar lagi malam tiba. Anak-anak
            itu sibuk mematahkan dedaunan yang dapat dijangkau

            dengan tangan mereka. Si bungsu yang masih berumur
            tujuh  tahun hanya duduk  bersandar  pada  sebatang

            pohon. Dia tidak ikut membantu, dia masih sedih karena
            teringat kedua orang tuanya. Bungsu masih tidak

            percaya karena biasanya jika tidur, ibu selalu mengusap
            kepalanya dengan penuh kasih sayang. Suasana itulah

            yang selalu terbayang olehnya.


                                          18
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33