Page 30 - Sampul dan Cerita Buah Ajaib
P. 30

“Cuit,  cuit.”  Terdengar  bunyi  burung  di  pohon
            sekitar pondok tujuh saudara itu. Sinar matahari

            masuk melalui celah dedaunan. Mereka bertujuh sudah
            melewati malam di tengah hutan. Untuk pertama kalinya

            mereka terpisah dengan orang tuanya. Mungkin karena
            letih, mereka  semua tertidur pulas sampai pagi. Mereka

            terbangun ketika terdengar kicauan burung riuh riang
            menyambut pagi dengan suka cita. Selanjutnya, mereka

            terlihat sibuk dan ingin pergi ke sungai karena menurut
            pendengaran  mereka  ada  sungai  di  dekat  hutan  itu.

            Walaupun mereka buta, tetapi pendengaran mereka
            kuat. Ternyata memang benar, tidak jauh dari pondok

            mereka terdapat sungai yang bernama Sungai Batang
            Cenaku.  Airnya  jernih  dan  di  tepi  sungai  terdapat

            bebatuan  baik  besar  maupun  kecil.  Sungguh  indah
            pemandangan di sungai itu. Mereka tidak dapat melihat,

            tetapi  dapat  merasakan  dan  mendengar  gemercik  air
            mengalir dan hembusan angin sepoi-sepoi di pagi yang

            terang benderang.
                   Tepian Sungai Batang Cenaku terdapat batu-

            batu besar yang biasanya digunakan penduduk sekitar
            untuk mencuci. Jika musim kemarau datang, penduduk

            Indragiri akan berbondong-bondong ke sungai untuk


                                          20
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35