Page 11 - Sabeni Jawara dari Tanah Abang
P. 11

Ibunya meninggalkan mereka. Sementara itu, Rojali
            dan  Somad tetap  duduk  di tempat  itu.  Rojali  memulai
            mengajak Somad bercakap-cakap.

                    “Kasihan Nyak. Dia sudah tua dan sakit-sakitan,” kata

            Rojali.
                    “Ya,  Bang,”  jawab  Somad. “Apa  yang  harus kita

            lakukan?” lanjutnya.
                    “Itu  sedang Abang  pikirkan. Selama  ini kita  tidak

            pernah berpikir bahwa semakin hari Nyak semakin tua dan
            kesehatannya pun semakin berkurang.”

                    “Selama ini kita tidak berpikir seperti itu. Yang ada
            bagi kita adalah sehari-hari bermain, makan, dan tidur.”

                    “Apa yang kita lakukan mulai besok?”

                    “Mulai besok kita harus mencari pekerjaan?”
                    “Kalau aku terserah bagaimana Abang.”

                    “Kamu  pun harus turut berpikir. Jangan semua
            diserahkan kepada Abang.”

                    “Aku belum tahu kita akan mencari kerja ke mana?”

                    Rojali dan Somad terdiam. Suasana sepi.

                    “Prang”. Tiba-tiba  terdengar bunyi piring  jatuh.
            Mereka terhentak.  Ternyata  piring  itu jatuh  karena ulah
            kucing. Mereka menduga ibunya jatuh.

                    Rojali  merasa tenang.  Mereka  kembali  bercakap-
            cakap memikirkan pekerjaan.




                                          4
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16