Page 27 - Sabeni Jawara dari Tanah Abang
P. 27
“Daripada bekerja sebagai kuli di Pasar Tanah Abang
lebih baik bekerja di rumah atau di sawah atau di ladang Pak
Sabeni.”
“Kalau Abang punya pilihan begitu, aku setuju juga.”
“Kalau begitu, kapan kita menemui Pak Sabeni?”
“Terserah Abang, sekarang juga boleh. Lebih cepat
lebih baik.”
Tidak terasa perjalanan mereka telah sampai di Pasar
Tanah Abang. Setiba di pasar, mereka disibukkan kembali
dengan mengangkat barang belanjaan. Sampai hari senja
mereka baru selesai bekerja.
Meski bekerja sampai sore, uang yang mereka peroleh
tidak banyak. Kepada ibunya mereka berkata, “Nyak, hari ini
kami hanya memperoleh upah sedikit.”
“Sedikit tidak apa, Nak,” jawab ibu mereka sembari
menerima uang pemberian dari Rojali. “Yang penting uang
itu diperoleh dari usaha yang halal,” lanjutnya.
Tidak terasa malam mulai larut. Udara mulai terasa
dingin. Ibu mereka pun telah beberapa kali menguap.
“Kalau sudah mengantuk, Nyak istirahat saja,” kata
Somad.
“Iya, Nyak istirahat saja,” sahut Rojali.
Tanpa jawaban sepatah kata pun, ibu mereka
meninggalkan mereka. Ia menuju kamar.
20