Page 47 - Sabeni Jawara dari Tanah Abang
P. 47
“Perubahan apa, ya Neng? Abang tidak merasa
berubah. Abang biasa-biasa saja,” jawab Rojali.
Salamah terdiam. Lidahnya seakan-akan kelu untuk
berkata. Rojali pun ikut diam mendengar ucapan Salamah.
Matahari terus bergeser. Sengatannya pun semakin
terasa di kulit. Rohaye mengajak Salamah pulang.
“Neng, ayo pulang!” ajak Rohaye. “Hari sudah siang.”
Salamah terperanjat dengan ajakan Rohaye.
“O ya, Bi Rohaye,” jawab Salamah.
“Nyak di rumah menunggu. Rohaye juga masih banyak
pekerjaan,” jelas Rohaye.
“Ayo, Neng pulang!” ajak Rohaye.
“Iya, Bi,” jawab Salamah.
Salamah mengikuti ajakan Rohaye. Mereka pulang
bersama-sama. Tidak terasa mereka telah sampai di rumah.
Rohaye segera menyelesaikan pekerjaan yang ditangguhkan.
Sementara itu, Salamah langsung masuk ke kamar. Di kamar
ia masih membayangkan Rojali.
Beberapa hari kemudian ibu Salamah menyuruh
Salamah mengantarkan makanan kepada Rojali dan Somad
di sawah. Salamah sudah berani mengantarkan makanan
tanpa ditemani Rohaye. Perjalanan yang cukup jauh pun
terasa amat dekat.
40