Page 12 - Cerita Sai Ngugha Si Pemberani
P. 12

Sai  Ngugha, si bungsu, mendengar  percakapan
            orang  tua  mereka.  Sedih  dan  lara  itu  diceritakan  si

            bungsu kepada saudaranya. Tak terkira duka mereka.

            Siang dan malam jadi pikiran. Berat dirasa penderitaan

            mereka,  tak  jarang  ketujuh  bersaudara  itu  saling

            mencurahkan perasaan hati tak tega atas penderitaan

            kedua orang tua mereka.

                  “Aku rela mengorbankan diri. Demi kebahagiaan

            Ayah  dan  Ibu,”  ujar  Sai  Ngugha  kepada  Sai  Ratu,  si

            Sulung.
                 “Kami  pun  begitu.  Sakit  dan  sedih  melihat  orang

            tua kita. Apakah kita hanya menjadi beban hidup bagi

            mereka? Tidaklah sanggup kita menanggung keluh dan

            kesah akibat kemiskinan terus mendera mereka,” ujar

            Sai Daing si anak tengah.

                 “Akan tetapi, apalah yang dapat kita lakukan, Kak,

            untuk  menolong  orang  tua  kita,” ucap  si bungsu, Sai
            Ngugha. “Barangkali aku dapat pergi ke desa di balik

            bukit, sekadar mencari pekerjaan. Siapa tahu ada yang

            butuh tenagaku untuk membantu kerja di ladang.”




                                          5
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17