Page 13 - Cerita Sai Ngugha Si Pemberani
P. 13

“Ya, ya, kalau Ngugha hendak pergi ke desa, aku
            juga  bisa  ikut, Kak.  Semakin  banyak  orang,  semakin

            banyak tenaga. Hasil yang kita dapat tentu lebih banyak.

            Dengan begitu, kita dapat meringankan beban Ayah dan

            Ibu,” ujar Daing berapi-api. Saudara-saudaranya yang

            lain pun mengangguk-angguk tanda setuju.

                 Sejenak  Sai  Ratu  tercenung.  Terharu  biru

            perasaannya memandang keenam adiknya yang begitu

            bersemangat  membantu  kesulitan  orang  tua  mereka.

            Bagi Sai Ratu, sebagai anak sulung, adik-adiknya adalah
            hartanya yang paling berharga.

                 “Adik-adikku, tentu  saja  kita  memang  harus

            membantu kedua orang tua kita. Akan tetapi, jika kita

            semua pergi ke desa, lalu siapakah yang akan menemani

            ayah  dan  ibu  di rumah? Padahal,  kerja  membutuhkan

            waktu yang tidak sebentar.” Sesaat Sai Ratu tercekat

            tak  mampu  berkata-kata.  “Sudahlah,  besok  saja  kita
            pikirkan, hari sudah semakin larut.”

                 Akhirnya,  pembicaraan  mereka  usai  karena

            malam  telah  menjelang.  Dalam  ketidakberdayaan,




                                        6
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18