Page 21 - Cerita Sai Ngugha Si Pemberani
P. 21

Si  sulung pun  meratap, menangisi  nasib  mereka,
            memanggil-manggil  ayah  mereka  yang  tak  kunjung

            kembali.

                 “Apa  yang  harus  kita  lakukan,  Ayah  tidak  ada,

            tinggal kita bertujuh di sini. Hutan ini pun sangat lebat.

            Tidakkah  kalian  dengar  bunyi  siamang  bersahutan?

            Kelelawar pun mulai beterbangan. Itu menambah seram

            suasana  petang  menuju  malam,”  ujar  Sai  Ratu.  Bulu

            kuduknya meremang mendengar suara-suara binatang

            hutan itu.
                 Sesekali  bunyi  kepak  sayap  kelelawar  dan  burung

            hantu  terdengar  terbang  menjauhi  mereka.  Sungguh

            suatu pengalaman yang mendirikan bulu roma. Di tempat

            yang begitu jauh dari manusia, hanya dikelilingi binatang

            hutan yang bersembunyi dan siap menerkam mangsa.

                 “Percuma Yunda memanggil-manggil Ayah. Dirinya

            entah  di  mana.  Dia  pun  tidak  tahu  keberadaan  kita.
            Ayah pun pasti merasa sedih karena telah meninggalkan

            kita. Dia mengejar si rusa di tempat yang menyeramkan

            ini,” ujar Daing si anak tengah.




                                       14
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26