Page 15 - Sulbar-Samba Paria
P. 15

petani tidak bersemangat lagi melaut dan
                menggarap sawah dan ladang.  Kebun-kebun

                cengkih  banyak  yang  telantar.  Pedagang  dari

                luar Bumi Mandar yang hendak membeli cengkih
                banyak yang kecewa karena gagal memperoleh
                cengkih. Padahal, di negeri-negeri mereka para

                pedagang asing itu mendapatkan keuntungan

                yang luar biasa dari memperdagangkan cengkih.
                     Mereka bekerja sekadar untuk menyambung
                hidup. “Buat apa bekerja keras?” begitu pikir

                mereka. “Rezeki hasil bekerja keras hanya akan

                mengalir ke istana.”
                     Sementara itu, di suatu kampung di
                lereng  gunung  tinggallah  seorang  nenek  yang

                telah berusia lanjut. Meskipun berusia lanjut,

                pikirannya     masih     jernih.    Kadang-kadang
                ia  dimintai pendapat  oleh  orang-orang  di
                sekitarnya karena kemampuannya menerawang

                hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.

                     “Nenek,  sampai  kapan  kita  hidup  seperti
                ini, selalu hidup dalam tekanan dan ketakutan?”





                                          7
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20