Page 55 - Sulbar-Samba Paria
P. 55

murka kepadaku. Dia mengatakan bahwa aku
                bicara bertele-tele. Beginilah akibatnya.”

                     “Ia raja yang lupa diri, takabur,” kata

                salah  seorang  pegawai  istana  yang  tengah
                berkemas-kemas  untuk  meninggalkan  istana.
                “Ia pikir segala miliknya, segala kekuasaannya

                akan  abadi  selamanya.  Sungguh  memalukan,

                akhirnya ia dikalahkan oleh seorang gadis belia
                tanpa senjata.”
                     “Kalau  dipikir,”  kata  juru  nujum  istana

                melanjutkan,      “kematiannya       karena     jatuh

                terjungkal.  Ia  seperti  terjungkal  dari  takhta
                kekuasaan dan kehidupannya. Ia seperti dikutuk
                banyak orang yang telah dizaliminya. Ia tidak

                pernah ingat bahwa kekuasaan hanyalah titipan

                Illahi, amanah Illahi untuk membahagiakan
                sesama.”
                     Malam  makin  larut,  tak  ada  lagi  yang

                berkata-kata,  tak  ada  lagi  hiruk-pikuk.  Hanya

                terdengar  gemerisik  dedaunan  diterpa  angin.







                                          47
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60