Page 25 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 25

duku yang rindang tempat berteduh. Di antara pohon-
            pohon itu berdiri  dangau tempat petani beristirahat.
            Sesekali  sang  Piatu  ikut  berteduh  sekadar  melepas
            lelah dan bertegur sapa dengan petani di dangau itu. Di

            tempat itu pula kadang-kadang sehabis panen ada anak
            gembala berteduh sambil meniup seruling atau serunai.
            Ada pula yang benandai (bernyanyi) balada lagu-lagu
            daerah Kabupaten Kaur. Daerah yang alamnya indah ini

            berada di Provinsi Bengkulu bagian selatan berbatasan
            dengan Provinsi Lampung,  dan lautan Samudera Hindia
            yang biru, berombak bergulung-gulung.
                    Tidak  terhindarkan,  kaki sang  Piatu  yang

            membawa  beban  pikulan    di  pematang  sawah  penuh
            lumpur, terutama di musim hujan. Lumpur itu dicucinya
            di  aiye  (kali)  dengan  cara  digosoknya  dengan  pucuk
            daun  pisang  muda  atau  dedaunan  hijau  yang  ada  di

            sekitar pinggir aiye itu. Kalau lumpurnya terlalu lengket,
            digosoknya  pula  dengan  batu  pipih sekepal  tangan
            sampai bersih.
                    Setelah  itu,  ia  berenang  dan  menyelam    di  kali

            yang bening. Berenang dan menyelam, timbul tenggelam
            dilakukannya berkali-kali sambil membersihkan seluruh
            tubuhnya. Kadang-kadang ia menyempatkan diri duduk
            berjemur di atas batu,  atau memeriksa bubu perangkap

            ikan yang dipasangnya di antara batu-batu. Ikan-ikan
            sungai yang terperangkap di bubu, diangkat dan ditusuk




                                         18
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30