Page 31 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 31

enak-enak  saja.  Timbang-timbanglah  perasaan  dan
            keinginan  kita  dengan  akal  pikiran  yang  sehat.  Akal
            pikiran kita,   tempatnya ada di otak, di kepala kita.”
            Kata  neneknya  sambil  menunjuk  dahi  keriput  di  atas

            matanya yang sudah hampir tertutup. “Di sinilah, ada
            akal  pikiran  yang  mengetahui   kebutuhan  hidup  dan
            cita-cita  diri  kita  sendiri.  Akal  pikiranlah    yang  bisa
            membuat rencana dan cita-cita hidup yang baik. Agar

            hidup kita terhindar dari nafsu perasaan dan keinginan
            berlebihan,  rajin-rajinlah  bersujud  menempelkan  dahi
            kita  ke  tempat  sujud.  Ikuti  dengan  tengadah  tangan
            berdoa, memohon petunjuk dan kebaikan hidup kepada

            Yang Mahakuasa. Dengan banyak berzikir, berdoa, dan
            munajat kepada yang Mahakuasa, perasaan kita akan
            tenang,  pikiran  kita  menjadi  jernih,  dan  kita  mampu
            kerja keras  dengan tekun dan sabar mencapai cita-cita

            hidup bahagia.”
                    Petuah  nenek  itu  mengalir  dan  merasuk  ke
            hati  sanubari  cucunya  dalam  keadaan  hening.  Sang
            Piatu  mendengarkan  dengan  saksama  dan  sesekali

            mengangguk        mengiyakannya.       Petuah-petuah       itu
            mengingatkannya  kepada  gurunya  yang  sudah  lama
            tidak ia jumpai. Setelah satu tahun berlalu, ia merasa
            rindu kepada Raja Mulia. Timbullah niat hatinya untuk

            berguru lagi, belajar mengaji, salat, doa-doa, dan ajaran
            hidup lainnya yang berguna.




                                         24
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36