Page 34 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 34

canting) beras kecuali harus dicarikan uangnya sendiri
            untuk  membelinya.  Tiadalah  seekor  ikan  pun  kecuali
            harus dicari sendiri dengan bubu (perangkap ikan) yang
            dipasangnya sendiri di sungai.  Ketika aku kecil, ayah

            ibuku  yang  menyediakan  semuanya.    Kini,    aku  harus
            mencarinya sendiri demi aku dan nenekku demi hidupku
            kini  dan  di  masa  yang  akan  datang  yang  lebih  baik.
            Seperti kata guruku, kalau malas mengerjakan sesuatu,

            paksakan  sedikit  sampai  hilang  kemalasan  berubah
            menjadi semangat bekerja keras.”
                    Ketika  dia  sedang  asyik  melamun,  di  seberang
            jalan  ada  seorang  anak  kecil  berteriak  memanggil-

            manggil ayahnya, “Ayaah ...!  Ayaah ...!” Anak itu lepas
            dari  ibunya  yang  membetulkan  tali  sendalnya.  Anak
            kecil  itu  mengejar  ayahnya  yang  berjalan  agak  lebih
            dulu. Sang Piatu pun membayangkan ayah ibunya yang

            sudah meninggal. Ia  berangan-angan, seandainya ibu
            bapaknya  masih  ada,  tidak  perlu  berjualan  dengan
            berpanas-panasan  dan  hidup  bersama  neneknya  di
            ladang yang jauh di tengah hutan. Angan-angannya terus

            melambung membayangkan hidup bahagia bersama ibu
            bapaknya.  Kemudian,  karena ia dalam keadaan lelah, ia
            menyandarkan tubuhnya ke pohon beringin dan tertidur
            pulas.  Ia bermimpi mendapatkan intan dan beristrikan

            beteri (putri) cantik, tetapi tidak jelas siapa namanya, di
            mana tempatnya.   Intan-intan miliknya menjadi incaran




                                         27
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39