Page 35 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 35

para penjahat. Untuk menyelamatkan intan dan dirinya
            dari  kejaran  penjahat,  ia  berlari  masuk  hutan  keluar
            hutan.  Ketika  hampir  tertangkap,  ia  melompat  dan
            menyelam ke kali. Ia bermaksud  berenang menyebrang

            sungai, tetapi ia hanyut terbawa arus. Ia semakin jauh
            dari kejaran musuh, tetapi lama-kelamaan ia kelelahan
            dan  berusaha  berenang  menghilir  mengikuti  arus.
            Sesampainya  di hilir  kali, ia merasa aman. Kemudian,

            di  lubuk yang dangkal ia berusaha menepi ke pinggir
            kali. Di pinggir kali itulah ia bertemu beteri yang cantik
            jelita, duduk bersandar di batu kali bersiap mandi. Akan
            tetapi,    sayang  seribu  sayang,  beteri  yang  menawan

            hatinya  itu  merasa  kaget, kemudian  menjerit  sambil
            berlari terbirit-birit. Jeritan itu mengakhiri mimpinya di
            siang bolong menjelang Asar.
                    Suara beduk diikuti orang  yang memanggil salat

            Asar  terdengar lantang dari surau, tak jauh dari tempat
            sang Piatu tertidur. Karena itulah,  ia pun terbangun
            sambil  mengusap-ngusap  mata  dan  seluruh  mukanya.
            Ia  menyadarkan dirinya  dengan  melihat  ke depan,  ke

            kanan, dan ke kiri. Sebenarnya ia masih malas beranjak
            dari tempat duduknya untuk ikut salat di surau, tetapi
            kemudian  ia  teringat  dengan  ajaran  gurunya,  “Tidak
            mau  dipaksakan  sedikit”.    Karena  itulah,  ia  bergegas

            menuju surau untuk ikut salat. Pikulannya diletakkan di
            bawah pohon kelapa kuning di pelataran surau. Setelah




                                         28
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40