Page 36 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 36

selesai  salat,  ia  membaca doa, memintakan  ampunan
            untuk kedua orang tuanya. Tidak lupa ia mengucapkan
            bacaan    yang  diajarkan  gurunya,  “Kalau  tidak  mau
            dipaksakan sedikit, kalau mau tahanlah sedikit.”  Kata-

            kata itu, makin sering diucapkan setelah salat, makin
            hafal dan meresap ke dalam pikiran dan perasaannya.
            Semakin dirasakan nyata dalam hidupnya.
                    Hari  yang  panas,  semakin  membuatnya  haus

            dan lapar. Terpaksa  ia kembali ke tempat wudu untuk
            sekadar minum air mentah membasahi tenggorokannya.
            Ia lapar, tetapi tidak punya uang untuk membeli nasi.
            Akhirnya,  dalam  keadaan  lapar,  dikupasnya  sepotong

            ubi jalar mentah dagangannya, kemudian dikunyah dan
            dimakannya  sambil  duduk  bersandar  di  bawah  pohon
            kelapa  kuning  yang  mulai  berbuah.  Inilah  maksud
            gurunya, “Kalau ingin (sesuatu), tahanlah sedikit.”  Yang

            menanam  pohon  kelapa  ini  pun  pasti harus  menahan
            diri,  bersabar  menunggu  sejak  menanam  sampai
            buahnya  siap  diambil.  Tidak  semua  keinginan  harus
            segera  terlaksana.  Ada masanya  harus  bersabar  dan

            berusaha  mendapatkannya.    Para  pemuda  desa  yang
            menginginkan gadis idamannya harus pula menahan diri
            sampai menikah. Bila tidak bersabar dan menahan diri,
            bahkan  kalau  berani  bergaul  bebas  melanggar  ajaran

            agama, bersiaplah ia terkena bala dan harus dihukum
            dengan adat cuci kampung (adat bayar denda).




                                         29
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41