Page 38 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 38

“Nama saya    Mukhlis, panggil  saja Paman Ulis,
            ya!”
                   Ia  bergumam,  “Nama  yang  bagus,  mukhlis itu
            artinya orang yang ikhlas. Terima kasih Paman sudah

            mau direpotkan.”
                    “Kalau  begitu,  saya  hendak  ikhlaskan  saja  ubi-
            ubi  dan  sayuran  ini  untuk  Paman,  kapan-kapan  saya
            akan mengambil beronang dan pikulan ini. Saya hendak

            belajar salat di rumah Raja Mulia, di Desa Kedurang.
            Mohon didoakan, Paman.”
                    “Ya, terima kasih. Tetapi ini, ... ini terlalu banyak
            kalau  untuk  kami  semua.  Mungkin  besok  akan  saya

            bagikan ke tetangga yang membutuhkan.  Semoga kamu
            dapatkan  ilmu  yang  bermanfaat,  menjadi  jalan  rezeki
            hidupmu. Semoga kamu juga  dapatkan pasangan hidup
            yang baik.”

                    Dengan  tersipu, sang Piatu  mengangguk  dan
            berkata, “Amiin.”
                    Setelah itu sang Piatu pergi ke rumah Raja Mulia
            untuk  belajar  doa  salat  yang  ketiga  kalinya.  Kali  ini

            ia tidak ditanyai lagi berapa uang yang dibawa. Sang
            guru,  Raja  Mulia  sudah  senang  dengan  kesungguhan
            belajar  sang  Piatu.  Ia  diajari  dengan  pelajaran  baru,
            tambahan pelajaran doa yang kedua yang sudah dihafal

            dan diamalkannya.
                    “Wah, kau datang sore nian. Ayo langsung belajar




                                         31
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43