Page 40 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 40

Menemukan Intan Ajaib





                    Sesampainya  di pondok, tiba-tiba  ada  seorang
            perempuan paruh baya memanggilnya, entah dari mana

            datangnya. “Hai sang Piatu, maukah engkau menolongku
            menguburkan  mayat  anakku?”  ujar   seorang  ibu
            tergopoh-gopoh.  Sebetulnya sang Piatu merasa malas,
            tetapi ketika teringat bacaan doa setelah salat, “Kalau
            tidak mau, dipaksakan sedikit”,  ia bersedia menolong ibu

            itu. Karena hari menjelang malam, suasana mulai gelap.
            sang  Piatu  harus  menyalakan  damar (lampu  minyak
            untuk  penerangan)  dan  pergi  ke tempat  penguburan

            anak itu.  Menggali tanah dan mengubur mayat di waktu
            gelap  menjelang  malam,  bukanlah  pekerjaan  mudah.
            Kegelapan,  sepi,  lolongan  suara-suara  bintang  hutan,
            dan sedikit rasa ketakutan bercampur-baur. Lagi-lagi,
            ia  teringat  kepada  pesan  gurunya,  “Kalau  tidak  mau,

            dipaksakan  sedikit.” Ingatan  itu,  membuatnya  jadi
            semangat.  Perlahan-lahan  ia  bekerja  dengan  tenang
            dan penuh kesabaran.    Tiba-tiba terlihat sebuah benda

            yang  cahayanya  berkilauan  sangat  terang.  “Hai  sang
            Piatu, mengapa tempat ini menjadi terang benderang?
            Benda  apa  gerangan  yang  membuatnya  seperti  ini?
            Coba kamu lihat, Nak,” ujar neneknya.




                                         33
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45