Page 41 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 41

“Aku tidak  tahu, Nek. Lebih  baik kita  kuburkan
            mayat anak ini dulu,” kata sang Piatu. Walaupun hanya
            dengan pengaruh bacaan salat sepatah kata, yang bisa,
            akhirnya  selesailah  sang  Piatu  menguburkan  mayat

            anak itu.
                    Ia  pun  telah  berhasil  menahan  diri  dari
            keinginannya  untuk  segera  melihat  benda  yang
            mengeluarkan  cahaya.  Sebenarnya,  itulah  ajaran

            gurunya agar menahan diri dari keinginan yang datang
            tiba-tiba.  Kita  harus  pandai  memilih  mana  yang  lebih
            penting  untuk  dilakukan  terlebih  dahulu,  mana  yang
            dilakukan  kelak kemudian.  Kita  harus  menahan  diri

            untuk tidak membeli baju baru, kalau uang belum ada.
            Walaupun  sudah ada uang, tentu tidak bisa membeli
            baju baru bila tak ada lagi uang untuk membeli beras
            atau nasi untuk makan. Seandainya kita ingin bermain

            dan  bersenang-senang  dengan  teman  bermain,  tetapi
            kalau  kita  ada  hafalan  pelajaran  yang  harus  dihapal
            untuk  ujian, kita  harus menahan  diri  untuk tidak
            bermain dulu. Kemampuan menahan diri, tidak tergesa-

            gesa, dan tekun dalam bekerja adalah bagian dari sifat
            orang terpuji.
                    Setelah  selesai  mengubur  mayat  anak  laki-laki,
            sang Piatu menghampiri sebuah benda yang bercahaya

            terang.  Ukurannya  kira-kira  sebesar  buah  kemang.
            Kemudian,  dengan  hati-hati  benda  itu  diambil  dan




                                         34
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46