Page 42 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 42
dibawanya ke pondok bersama neneknya. Di pondok
itu, ternyata benda itu dapat menerangi seluruh
ruangan nenek sang Piatu sehingga mereka tidak perlu
lagi menyalakan damar (lampu tempel minyak tanah).
Benda aneh itu bersimbur cahaya terang. Sekali-sekali
sinarnya berubah kebiru-biruan dan berkedip lambat
meredup, kemudian perlahan pula bercahaya lagi
seperti cahaya anai-anai.
Hampir semalaman sang Piatu dan neneknya
tidak bisa tidur di malam Jumat itu. Mereka menjaga dan
memperhatikan benda ajaib itu dengan penuh keheranan
dan kekaguman. Ketika cahaya terangnya meredup
lambat dan berubah menjadi cahaya biru, suasana sepi
berubah menjadi keadaan yang menegangkan. Sinar
dan gelombang cahaya biru yang menyilaukan dari
benda itu melahirkan suasana mistik yang kaku dan
sedikit menakutkan. Sang Piatu dan neneknya saling
berpandangan penuh tanda tanya. Mereka menengok
ke kiri dan ke kanan dengan perlahan. Mereka seperti
melihat ada bayangan berkelebat, melintas di dinding
bilik gubuk. Bulu-bulu kuduk sang Piatu sedikit
merinding. Suasana semakin mencekam seiring dengan
lolongan dan auman suara binatang malam di hutan
sekitar gubuk. Setiap bunyi dari gesekan palang-palang
gubuk, gesekan dahan, ranting, atau daun-daun pohon
yang tertiup angin menimbulkan kecurigaan.
35