Page 43 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 43

Hujan deras  pun  turun  berbarengan dengan
            angin  kencang  berembus  disertai  kilat  dan  halilintar.
            Hawa  semakin dingin menusuk ke dalam gubuk mungil

            yang bilik bambunya tidak tertutup rapat. Cahaya batu
            ajaib pun terus berkedip lambat, redup terang, redup
            terang dan berubah cahaya terang menjadi biru.
                   Di  sekeliling  gubuk    terdengar  angin  yang

            berhembus kencang. Suara  gesekan daun dan  dahan-
            dahan pohon di hutan  berpadu dengan suara gesekan
            di pangkal sumbu baling-baling bambu yang berdenyit
            melengking,  seperti  pekikan  iring-iringan  mobil

            pembawa mayat.
                    Baling-baling  bambu  itu  berpangkal  seruas
            bambu dan berekor menjorok ke belakang yang ujungnya
            dipasangi  daun  salak  kering.  Pangkal  ruas  bambu

            penahan  sumbu  kayu  baling-baling  itu  dimasukkan  ke
            ujung tiang penjulangnya dari sebatang pohon bambu
            setinggi  tiga  atau  lima  meter.  Batang  pohon  bambu
            penjulang  itu  diikat  di tunggul  pohon.   Ekor baling-

            baling itu akan membentang lurus searah dengan angin
            sehingga baling-baling menghadap arah angin.
                    Semakin  kencang  angin  berembus,  semakin
            kencang      baling-baling    berputar      dan    berdenyit

            melengking  serupa  sirene.  Sekali-sekali  suaranya
            menghentak,  sedikit    menggelegar  bersahutan  satu




                                         36
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48