Page 47 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 47

jangan  salah,  Nek.  Mungkin  saja  saya  hafal sehari
            kalau saya sungguh-sungguh belajar dan terus belajar,
            dan kalau Allah menghendaki saya diberi kemudahan.”
                    “Amiin,    amiin,”    timpal     neneknya     sambil

            tersenyum seraya mengusap punggung cucunya dengan
            penuh kasih sayang.
                    Pada siang harinya, sang Piatu berniat membawa
            benda  yang  ditemukannya  itu  ke  Pesirahan  Raja

            Mulia.
                    “Nek, aku akan pergi ke Raja Mulia,” ujar sang
            Piatu.
                    “Jangan, Nak, nanti benda ajaib itu diambil orang

            desa,” jawab neneknya.
                    “Tenang saja, Nek, aku dapat menjaganya karena
            aku  tidak  mencuri  dari  siapa  pun.”  Akhirnya  batu  itu
            dibawa ke Pesirah  Raja Mulia.

                    Sesampai di kediaman Pesirah Raja Mulia, orang-
            orang  desa sudah  banyak  yang  berkumpul  di sana.
            Mereka sangat heran melihat benda yang dibawa oleh
            sang  Piatu,  begitu  juga  Raja  Mulia.  “Hai  sang Piatu

            benda  apakah  yang  kaubawa  itu,  sangat  menyilaukan
            mata?”  tanya Raja.
                    “Aku tidak tahu, Raja, apa nama benda ini,” jawab
            sang Piatu. “Batu ini aku dapatkan setelah mengubur

            mayat anak laki-laki di dusun pada malam hari.”
                    “Sebelum melaksanakannya, kamu merasa malas




                                         40
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52