Page 48 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 48

‘kan?  Kau selesaikan dulu mengubur mayat itu, baru
            kemudian menghampiri cahaya yang ke luar dari batu
            itu,  ‘kan?”    Setelah  dijawabnya  dengan  anggukan
            oleh  sang  Piatu,  Raja  Mulia  mengangguk-anggukkan

            kepalanya sambil sedikit dimiringkan ke kanan.  Samar-
            samar  ia  mengingat  peristiwa  perkawinan  anaknya
            dengan pengubur mayat, tetapi itu dalam mimpi. Sang
            Piatu  pun, mengiyakan  dengan  mengangguk  sambil

            keheranan. Bagaimana Raja Mulia bisa tahu semua itu.
                    Di antara orang-orang berkerumun di rumah Raja
            Mulia itu, ada seorang anak kecil yang ikut berdesak-
            desakan    ingin  melihatnya.  “Hai  anak  kecil, kau  ini,

            apa  yang  hendak  kaulihat?  Main  saja  di  sana,”  ujar
            seseorang.
                    “Mengapa  tidak  boleh,  aku  juga  mau  melihat
            intan ajaib sang Piatu,” ujar anak kecil itu. Anak kecil

            itu menyebut benda milik sang Piatu itu sebagai intan
            ajaib.  Orang-orang  dewasa di situ dan juga Raja Mulia
            pun ikut menyebut benda itu intan ajaib.
                    ”Ya betul. Itu  intan ajaib. Itu intan ajaib,” kata

            seseorang di antara mereka, meyakinkan seluruh orang
            yang hadir di sana. “Sang Piatu ini orang yang diberkahi
            karena  kemuliaan  akhlak  dan  kerja  kerasnya  dalam
            hidupnya.”

                    “Ia  tidak  perlu  lagi  berdagang  ubi,”  kata  yang
            lain menyahut.




                                         41
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53