Page 52 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 52

yang akan merawatku di gubuk dan ladang ini? Siapa
            yang akan membuat dan mengganti baling-baling yang
            patah? Siapa yang akan menjualkan hasil kebun ke kota,
            tetapi  biarlah.”  Pertanyaannya  dijawabnya  sendiri  di

            dalam hati.
                      Tidak  lama  kemudian,  akhirnya  sang  Piatu
            menikah dengan beteri.  Mereka berdua sebagai suami
            istri  tinggal  di tempat  Raja  Mulia  yang  rumah  dan

            halamannya luas.  Sawah dan ladang milik Raja Mulia
            ada  di  mana-mana  dan  sangat  luas.  Hasil  panennya
            berlimpah. Walaupun tinggal di rumah Raja yang alim
            dan kaya raya, sang Piatu tetap bekerja keras mengurusi

            para penggarap sawah dan ladang milik Raja. Ia sangat
            penyayang  kepada  keluarga  dan  para  pegawainya.
            Ia  pun  taat  beragama,  beribadah  bersama  dengan
            masyarakat di sekelilingnya.

                    Nenek sang Piatu dibuatkan gubuk di persawahan
            dan ladang yang diberikan Raja Mulia kepada sang Piatu
            dan  istrinya.    Sang  nenek  tidak  mau  hidup  serumah
            dengan  sang  Piatu  dan  istrinya  di  rumah  Raja  Mulia.

            “Terlalu  istimewa,”  pikirnya.  Ia  lebih  menyukai  hidup
            di tengah persawahan dan ladang yang tidak jauh dari
            kediaman sang Piatu. Di tengah persawahan dan ladang
            itulah, di sela-sela kesibukannya sang Piatu beristirahat

            bersama  istrinya  di gubuk neneknya.  Kadang-kadang
            sang Piatu sendirian saja menemui neneknya.




                                         45
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57