Page 53 - Bengkulu-Sang Piatu Menjadi Raja
P. 53

Sementara  itu, jauh  di seberang  desa   orang-
            orang dari Desa Padang Guci telah ramai membicarakan
            sang  Piatu.  Mereka  mengatakan  bahwa  sang  Piatu

            memperoleh induk intan. “Intan itu lambang persatuan
            dan  kesatuan  kita  bersama.  Kitalah  yang  seharusnya
            memiliki induk intan itu,” pikir mereka.
                    Mereka     pun    berbondong-bondong         dengan

            membawa intan-intan kecil setengah keranjang menuju
            ke rumah Raja Mulia dan Sang Piatu di Desa Kedurang.
            “Hai sang Piatu, kami datang dari Padang Guci dan Kaur
            karena ingin menukarkan intan-intan kami ini dengan

            induk intan milikmu,” ujar salah seorang dari mereka.
                    “Aku tak mau  karena aku tidak mencurinya dari
            siapa pun,” jawab Sang Piatu.
                    “Kau harus mau karena kaudapatkan intan itu di

            hulu sungai yang airnya mengalir dan membelah desa
            kami  di hilir  ini,” jawab kepala  desa  mereka.   “Kami
            hendak  menjadikan  intan  itu  sebagai  pusaka  lambang
            kejayaan dan kemakmuran desa kami.”

                    Melihat  perdebatan  antara  penduduk  Desa
            Padang Guci dan Kaur  dengan sang Piatu, Raja mencari
            akal  dan  bersikap  bijaksana.  “Kalian  tidak  perlu
            berdebat.  Begini saja, kita letakkan intan sang Piatu

            di arah hulu, sedangkan  intan kalian di arah hilir. Jika
            induk  intan  mendekati  anak  intan,  berarti  sang  Piatu




                                         46
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58