Page 18 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 18

Ternyata  Agan Amir sudah berdiri  di  depan pintu. la

             menenteng tas  di tangan  kanannya  dan sangkar burung  di
             tangan kirinya. Sebelum berangkat, Sarudin mengajak Agan Amir
             sarapan.

                   Kemudian, kedua  sahabat  karib itu  bersiap-siap untuk
             berangkat.

                   “Bi  ..., saya berangkat  dulu!”  kata  Sarudin sambil
             menyalami dan mencium tangan bibinya. Agan Amir juga pamit
             dan menyalami Bibi.


                   “Hati-hati di  jalan.  Kalau urusanmu sudah  selesai,
             segeralah pulang. Sampaikan salam Bibi kepada Juragan Pensiun
             dan istrinya,” kata Bibi sambil mengantar kedua anak muda itu
             ke pintu.  Bibi tampak  bersedih.  Air mata  mulai  mengambang
             memabasahi pipinya. Iasangat takut kehilangan Sarudin.

                   Kira-kira pukul satu siang mereka sampai di rumah Agan
             Amir.


                   “Assalamualaikum,” salam Agan Amir  dari  beranda
             rumahnya.

                   “Waalaikumsalam,” sahut suara dari dalam rumah. Sarudin
             yakin, suara itu adalah suara Juragan Pensiun.

                   “Eh, kalian sudah datang,” sambut Juragan bersama istrinya

             sambil membuka pintu. Sarudin menyalami kedua orang tua itu
             sambil membungkukkan badannya.






                                         12
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23