Page 20 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 20

“Saya memikatnya di lereng bukit  desa kita,  Juragan,”

             ungkap Sarudin.

                   Mereka tampak asyik memperhatikan burung perkutut itu.
             Tiba-tiba terdengar suara Ibu dari dapur.

                   “Gan ..., Gan ..., ajak Bapak dan Sarudin makan!”


                   “Ayo, sekarang kita  makan dulu,” ajak  Juragan Pensiun
             sambil  meletakkan sangkar burung  di  gantungannya. Mereka
             berjalan ke ruang tengah. Di sana sudah tersedia makanan yang
             lezat. Sarudin dan Agan Amir  makan dengan lahapnya. Selain
             lapar, masakan Ibu juga sangat lezat.

                   Setelah makan siang, Agan Amir dan Sarudin beristirahat
             di kamarnya. Pada sore hari setelah mandi, Agan Amir mengajak
             Sarudin mengelilingi  kota.  Mereka berangkat  dengan sepeda.
             Dalam  perjalanan  mereka  tampak  sangat  gembira.  Tawa  riang
             menyertai setiap gayuh sepedanya. Juragan Pensiun dan istrinya
             sangat senang ketika melihat anaknya dan Sarudin pulang dengan
             wajah gembira.


                   Keesokan  harinya  Juragan  Pensiun mengutarakan
             keinginannya kepada Sarudin.

                   “Di daerah Karawang ada seekor  perkutut  yang sangat
             bagus,  Din.  Suaranya sangat  merdu. Akan tetapi, perkutut  itu
             sangat liar. Banyak orang yang telah berusaha memikat perkutut
             tersebut, tetapi tidak berhasil. Saya yakin kamu mampu memikat
             perkutut  tersebut,” kata  Juragan Pensiun sambil menatap  anak
             muda  itu.  Suaranya  terdengar sangat  berwibawa  dan terkesan
             tidak memaksa.


                                         14
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25