Page 42 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 42

“Terima kasih kawan. Kamu telah banyak membantu kami

             di sini,” kata Juarta sambil menatap Nari. la kemudian menoleh
             kepada Sarudin.

                   “Din, lebih baik kita berangkat sekarang saja. Kita dapat
             sampai di desa Pasirluhur pada sore hari,” sambungnya.

                   Sarudin dan  Nari hanya  saling  pandang.  Mereka  tidak
             menjawab  permintaan  Juarta.  Kemudian, mereka sibuk
             mengemasi barang-barang  bawaan,  termasuk  burung-burung
             yang berhasil mereka pikat. Setelah itu, Sarudin membayar biaya
             penginapan kepada pemilik warung.


                   “Kami  mau  ke kota.  Kamu  mau  ke mana  Nari?” tanya
             Sarudin.

                   “Kebetulan kita satu tujuan. Saya juga ingin ke kota. Saya
             tinggal tidak jauh dari rumah Juragan Pensiun,” jawab Nari.

                   “Kalau  begitu, kita  dapat berangkat bersama!” potong

             Juarta.

                   Mereka  berangkat  dari Karawang  pukul  11.00. Tubuh
             Juarta bertambah panas, mukanya tampak  merah, dan tangan
             kanannya yang terluka masih dibalut. Ketika roda delman masuk
             lubang, Juarta tampak meringis menahan sakit. Sarudin sangat
             kasihan melihat keadaan Juarta. la berharap sahabatnya itu cepat
             sembuh. Mereka baru sampai di rumah Juragan Pensiun pukul
             13.00.Sarudin  dan Juarta langsung  menemui Juragan Pensiun
             yang sedang duduk di teras rumahnya.






                                         36
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47