Page 43 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 43

“Assalamualaikum,” sapa Sarudin.


                    “Waalaikumussalam. Eh, kalian,” jawab Juragan.

                    “Ya, Juragan. Kami datang membawa burung  perkutut
             yang Juragan pesan,” kata Sarudin sambil meletakkan sangkar-
             sangkar tersebut di lantai.


                    “Cepat  sekali  kalian  menangkapnya,” ungkap Juragan
             dengan wajah kagum.  Juragan Pensiun berdiri  dan mendekati
             kedua anak muda itu.

                    “Mana  burung perkutut  yang bersuara merdu itu?”
             lanjutnya.

                    “Ini Juragan, yang paling jelek dari semua burung. Bulunya
             kusut dan kusam. Kakinya tidak sempurna. Suaranya memang
             merdu,” jawab Sarudin sambil memberikan sangkar yang berisi
             burung tersebut.


                    Juragan Pensiun senang sekali melihat burung perkutut
             yang selalu menjadi buah bibir tersebut. Juragan Pensiun juga
             meminta  burung  perkutut  yang  lain.  Sarudin dan  Juarta  tidak
             keberatan  karena mereka sudah  memiliki burung di rumah.
             Tiba-tiba Juragan Pensiun terkejut melihat tangan kanan Juarta
             yang dibalut kain.

                    “Kenapa  tanganmu,  Ta?  Mukamu  juga merah,”  tanya

             Juragan sambil menghampiri Juarta.

                   “Tadi malam  kami  berkelahi dengan  penjahat  Juragan.
             Tangan kanan saya kena tikam goloknya,” jawab Juarta.



                                         37
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48