Page 54 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 54

di ruang  ini,” jawab  Rasidin. la  menatap  Nari seakan-akan

             minta persetujuan.

                   Melihat  tutur  kata  dan tingkah lakunya, Bibi percaya
             kedua tamu itu pasti orang baik.

                   “Kalau  adik-adik tidak  keberatan  tidur di ruang  ini,
             silakan saja. Kami tidak memiliki kamar yang lain,” sambung
             Bibi.


                   Kedua tamu itu tampak sangat gembira. “Terima kasih,
             Bi,” jawab mereka serentak.

                   “Kalau begitu, kita tidur di ruang ini bertiga. Istri Kakang
             biar tidur di kamar saya,” kata Sarudin sambil menatap kedua
             tamu itu.

                   Nari dan Rasidin tertegun mendengar ucapan Sarudin.
             Mereka tidak menduga pemuda yang tampan  ini  mau
             memberikan kamarnya untuk istrinya.


                   “Terima kasih, Din. Kamu  tidak  hanya pemuda yang
             tampan, tetapi juga berbudi luhur,” katanya sambil menatap
             Sarudin.

                   Tanpa mereka sadari hari telah hampir petang. Suara
             azan magrib sudah terdengar. Sarudin dan kedua tamu itu
             pergi ke masjid untuk salat magrib. Ketika Sarudin dan kedua

             tamu itu pergi ke masjid, Bibi menyiapkan makan malam di
             rumah. Bibi hanya menambah membuat sayur karena goreng
             ikan yang dibuat pagi tadi masih ada. Bibi dibantu oleh istri
             Rasidin dan Nari.


                                         48
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59