Page 60 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 60

Kedua orang tua saya meninggal ketika saya masih kecil.

             Sejak itu saya dirawat dan dibesarkan Bibi,” kata Sarudin sambil
             memegang bahu  Nari.  Suaranya masih bergetar menahan
             kepedihan.

                   Nari  menatap  Sarudin sambil  berkata,  “Saya menyesal
             sekali menanyakan orang tuamu, Din. Pertanyaan itu membuat
             kamu dan Bibi bersedih”.

                   “Sudahlah. Kita tidak perlu lagi mengingat peristiwa yang
             telah lama berlalu. Kita harus bersyukur karena sekarang Sarudin
             sudah besar. Kami dapat hidup dengan hasil sawah dan kebun,”
             kata  Bibi  memecahkan  kesunyian  yang  terjadi. Bibi  menoleh

             kepada Rasidin yang dari tadi hanya diam. “Dik Rasidin sudah
             ngantuk?” tanya Bibi.

                   Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Rasidin. “Belum
             Bi,” jawabnya sambil membetulkan duduk.

                   “Bibi lihat, Adik hanya diam saja dari tadi.”


                   Rasidin hanya tersenyum mendengar perkataan Bibi. la
             tidak berani menatap wanita setengah baya itu.

                   “Katanya Adik juga berasal dari Priangan. Apa nama desa
             Adik?” sambung Bibi.

                   Rasidin terkejut mendengar pertanyaan itu.


                   “Ya, ya ... Bi. Saya juga berasal dari Priangan, tepatnya desa
             Pasirluhur ini,” jawab Rasidin  gugup.  Ditariknya nafas dalam-
             dalam, kemudian dihembuskannya perlahan-lahan.



                                         54
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65