Page 9 - Sarudin Pemikat Burung Perkutut
P. 9

“Bagus, bagus, Din. Ayah senang mendengar keinginanmu.

             Ayah akan bekerja keras mengumpulkan uang untuk mencapai
             keinginanmu itu,” sahut ayahnya sambil menepuk bahu Sarudin.
             la paham betul kemauan keras anaknya.

                   “Saya juga ingin menjadi petani yang sukses sehingga saya
             dapat mengolah sawah dan kebun kita dengan baik,” sambung
             Sarudin.

                   “Tujuan  yang  mulia,  Nak. Ayah bangga mendengar
             keinginanmu itu. Mulai sekarang kamu harus lebih rajin belajar.
             Kalau  tidak, cita-citamu  itu tidak akan tercapai,” kata Ahmad
             Bahrudin. la menatap mata putranya itu dalam-dalam. Betapa ia

             sangat menyayanginya. la kemudian berjalan menuju kebun yang
             tidak jauh dari rumahnya.

                   Keinginan  Sarudin untuk  bersekolah  ke tingkat  yang
             lebih  tinggi  tidak  tercapai  karena  ayahnya  meninggal  setelah
             menderita  sakit selama dua bulan.  Ketika itu, Sarudin  baru
             berusia enam tahun dan duduk di kelas satu sekolah dasar. Tidak
             lama  kemudian,  Ibu  Sarudin yang  bernama  Nurma terpaksa
             bekerja keras setiap hari. la juga mengolah sawah atau kebun.
             Lama kelamaan  ibu Sarudin jatuh  sakit. Sarudin berusaha
             menghibur dan meringankan penderitan ibunya, tetapi tidak
             berhasil. Sakit ibunya semakin parah. Satu bulan kemudian ibu
             Sarudin berpulang ke rahmatullah. Sarudin sangat terpukul. la

             tidak dapat membayangkan hidup tanpa kedua orang tuanya.

                   Sejak  itu,  Sarudin tinggal  bersama  bibinya  di sebuah
             rumah yang sederhana.




                                          3
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14