Page 18 - Jabar-Si Buncir
P. 18
yang tak dikenalnya. Ia hanya mengenal ibunya
dari cerita bapaknya. Di saat seperti itu, ia
memilih untuk mengakrabi kesepian, kesedihan,
dan kerinduannya, serta mengubahnya menjadi
keteguhan untuk menerima takdir.
“Cir, Bunciiir! Main, yuk?” teriak beberapa
anak saat melihat si Buncir sedang duduk di depan
rumah.
“Kalian bermainlah, aku akan pergi ke sungai,”
tolak si Buncir dengan halus.
Si Buncir memang senang menyendiri. Ia tahu
tak seorang anak pun yang tidak mau bermain
dengannya. Namun, ia memang senang bermain
sendiri. Mungkin ia terbiasa menghabiskan waktu
sendiri. Mungkin juga ia tidak nyaman bermain
dengan teman-temannya yang memiliki berbagai
mainan.
Ia adalah seorang anak yang lugu. Pikirannya
sederhana saja. Ia pun tak pernah meminta hal-
hal yang menyusahkan bapaknya.
10