Page 48 - Riau-Si Bungsu
P. 48
“Trenggiling itu juga harus dijaga kelestariannya
tidak boleh dibunuh, Anakku. Mengerti kamu, Nak?”
ujar saudagar itu.
“Mengerti, Ayah,” kata si Bungsu sambil
mengangguk-angguk.
“Bungsu, makanlah dulu. Itu ada bekal yang
dibawakan ibumu,” kata saudagar itu.
“Ya, Ayah. Bungsu makan dulu, Ayah,” ujar si
Bungsu.
“Ya, ya,” kata saudagar itu.
“Ayah, Bungsu sudah selesai makan. Bungsu sudah
kenyang,” kata si Bungsu.
“Ayah lihatlah di atas dahan pohon itu, ada
tumbuhan lain yang menempel, Ayah,” seru si Bungsu.
“Ya, itu anggrek. Tumbuhan anggrek memang
tumbuh menempel pada tumbuhan lain, Anakku, “ kata
saudagar itu.
“Bunganya bagus ya, Ayah,” seru si Bungsu.
“Ya, Nak,” ujar saudagar itu.
“Anakku, Bungsu, tidurlah, Nak, hari telah malam,”
ujar saudagar itu sambil membelai rambut si Bungsu.
“Ya, Ayah, Bungsu tidur dulu.”
“Selamat malam, Ayah,” kata si Bungsu.
41