Page 61 - Riau-Si Bungsu
P. 61

Si  Bungsu  tidak  menghiraukan  kutukan  dari
            nenek  tersebut.  Cepat-cepat,  dia  naik  ke perahu.

            Sementara  itu,  nenek  renta  itu  berdiri  di  tepi  sungai
            sambil  menangis.  Setelah  mengeluarkan  kutukannya,

            tiba-tiba  terdengar  bunyi  “Burrr…”,  arus  sungai  pun
            menggelegak.  Dan  pada  saat  itu  pula  turun  angin

            puting  beliung  bergulung-gulung.  “Siuuuung….”  bunyi
            gemuruh  menggelegar  dan  menenggelamkan  perahu

            yang ditumpangi si Bungsu. Si Bungsu ketakutan.
                 “Ibu,  tolong,  ampuni  aku, Ibu!” teriak  si Bungsu

            dengan suara nyaring.
                 “Ibu, ampun, ampun, toloooong!” teriak si Bungsu

            sambil menangis.
                 Penyesalan si Bungsu tidak ada gunanya. Ternyata

            azab tak bisa lagi dihentikan. Angin terus menghantam
            hingga  akhirnya,  tubuh  si  Bungsu  dilemparkan  oleh

            angin  puting.  Si  Bungsu  pun  meninggal  dunia  dalam
            posisi telungkup.

                 Konon cerita, tubuh si Bungsu yang telungkup itu
            berubah  menjadi  bukit  yang  diberi  nama  Bukit  Lapat,

            sedangkan perahu si Bungsu yang telah karam itu juga
            berubah menjadi bukit yang diberi nama Bukit Tobat.







                                        54
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66