Page 43 - Cerita Si Dayang Rindu
P. 43

sakit. Sedihku baiknya kusimpan saja di dalam hati,”
            gumamnya.

                 Hujan  rintik-rintik  mengiringi  langkah  Dayang

            Rindu meninggalkan istana. Di sepanjang jalan menuju

            pelabuhan  para  penduduk  berbaris  rapi.  Bujang-
            gadis, mak-bapak, nyai-yai, dan anak-anak berkumpul

            bersama. Lambaian tangan melepas Dayang Rindu.

            Sesekali terdengar suara isak tangis mereka. Beberapa

            gadis  terlihat berpelukan karena  tak  kuasa  menahan
            kesedihan. Para ibu berusaha menegarkan hati agar

            tidak semakin larut dalam suasana sendu. Semua tak

            ingin kehilangan putri yang begitu mereka sayangi.

                 Tak  berapa  lama,  sampailah  Dayang  Rindu  di
            pelabuhan. Untuk kali terakhir, ia menoleh. “Tanjung

            Iran, tetaplah damai, tetaplah menjadi negeri yang

            memakmurkan  rakyatnya,”  ujarnya  lirih.  Perlahan  ia

            menaiki anak tangga menuju geladak kapal. Ia berhenti
            sebentar sembari merapikan kain yang sebenarnya tak

            kusut.

                 Para punakawan langsung menyambut kedatangan

            Dayang  Rindu.  Tanpa  bersuara,  mereka  mengantar

                                          3333
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48