Page 44 - Cerita Si Dayang Rindu
P. 44

Dayang Rindu menuju ruang khusus yang sudah
            disiapkan. Ruangan tersebut tak besar, tetapi berisi

            segala macam kebutuhan seorang gadis, seperti meja

            rias  lengkap  dengan  perhiasan,  gelang  emas,  sisir

            bergagang permata, kalung dengan liontin intan, dan
            hiasan konde berjuntai-juntai. Akan tetapi, semua itu

            tidak mampu menarik hatinya.

                 Beruntung,  ada  jendela  kecil  di  sudut  ruang  itu.

            Dayang Rindu langsung menuju ke jendela yang tak lagi
            bening itu. Senyum simpul terlihat dari ujung bibirnya

            yang mungil. “Tanjung Iran, tanah kelahiranku. Aku,

            Dayang  Rindu,  akan  selalu  menjadi  putri  kebangaan

            kalian,” ujarnya. Pandangannya tak lepas dari jendela
            itu hingga matahari mulai tenggelam.

                   Sementara    itu,  di  istana  Keriyo  Carang

            memanggil  semua  hulubalang,  prajurit,  dan  pejabat

            istana. Ia meminta mereka bersiap. “Pukul canang
            kerajaan, tembakkan senapan pengusir musuh. Takdir

            Allah telah datang dan perang ini tidak dapat ditolak,”

            teriak Keriyo Carang.




                                          3434
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49