Page 13 - Si Kabayan
P. 13

untuk melihat siapa yang membangunkannya. Ternyata
            istrinya, lalu matanya terpejam kembali.
                 “Ih, si Akang  mah. Ini Iteung!” omel Nyi Iteung
            sambil mengguncang-guncang lagi tubuh Kabayan. Kali ini

            guncangan tangan Nyi Iteung lebih kencang.
                 Kabayan malah membalikkan tubuhnya memunggungi
            istrinya sambil berkata, “Haduuuh, Nyai, nanti saja ya,
            besok, Akang masih ngantuk.”

                 Nyi Iteung cemberut. “Huh, Akang mah tidak sayang
            sama Iteung. Awas nanti Iteung akan beritahu Emak, Akang
            tidak mau nolong Iteung nyari buah nangka!” ancam Nyi
            Iteung.

                 Kabayan menjawabnya dengan suara ngoroknya. Nyi
            Iteung makin kesal. Dia beranjak dari balai dan setengah
            berlari  menuju  rumah  Emak  sambil  berurai  air  mata.
            Sesampainya di rumah Emak, Nyi Iteung menangis dengan

            keras sambil memeluk Emak. “Emaaak.. tuh Kang Kabayan.
            Tolong bantu, Emak, suruh dia.”
                 “Euleuh-euleuh, ada apa ini, Nyai? Jangan membuat
            Emak kaget. Ada apa dengan Kabayan? Apa yang bisa Emak

            bantu?”
                 “Itu, Mak, Kabayan! Iteung teh lagi mengidam pingin
            buah nangka, tetapi Kang Kabayan tidak mau mencarinya
            buat Iteung.”








                                          2
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18