Page 14 - Si Kabayan
P. 14

“Ya sudah jangan menangis! Biar nanti Emak yang bilang
            sama Si Kabayan.” Emak menenangkan Nyi Iteung. “Yuk,
            kita ke sana sekarang!” ajak Emak.
                 Nyi Iteung kembali ke rumahnya bersama Emak. Di jalan

            Iteung memberi tahu Emak tentang sifat Kang Kabayan yang
            tidak pernah berubah sampai saat ini, yakni malas-malasan.
            Saat sampai di depan rumahnya, mereka melihat Kabayan
            masih tidur di balai. Suaranya mengoroknya terdengar cukup

            keras.
                 “Heh! Kabayan! Hayo bangun, dasar kebluk!” kata Emak
            setengah berteriak.
                 Kabayan terperanjat. Tangannya mengucek-ngucek

            matanya, lalu melihat siapa yang membangunkannya. “Eh
            Emak, ada apa pagi-pagi sudah teriak-teriak?” kata Kabayan
            sambil menguap.
                 “Ini sudah siang! Lihat itu matahari sudah bersinar.

            Kamu masih saja tidur. Heh Kabayan! Sudah tahu si Iteung
            lagi hamil, mengidam buah nangka, bukannya diturutkan
            keinginannya, eh ini malah tiduran tidak jelas.”
                 “Iya, Mak, sebentar lagi Kabayan nyari.”

                 “Bukan sebentar, sekarang juga pergi!” kata Emak
            sambil menarik tangan Kabayan.
                 “Iya, iya, Mak! Kabayan berangkat sekarang.” Kabayan
            menjawab sambil bangun.

                 “Yang sudah matang ya, nangkanya!” perintah Emak.





                                          3
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19