Page 16 - Si Kabayan
P. 16

“Baik, Emak. Kabayan akan carikan buah nangka yang
            besar dan matang, biar semua dapat bagian,” kata Kabayan
            penuh optimis.
                 Kabayan berangkat untuk mencari buah nangka.

            Jalannya agak sempoyongan karena masih mengantuk.
            Kabayan berbicara dalam hatinya. “Hmm bagaimana Iteung
            teh, saya ‘kan lagi tidur. Suami sendiri lagi istirahat malah
            diganggu. Kalau bukan Emak yang nyuruh, saya malas metik

            buah nangka.”
                 Walau pun hati Kabayan ngomong seperti itu, tetapi dia
            mau disuruh oleh ibu mertuanya. Dia masih menghormati ibu
            mertuanya karena beliaulah yang menyetujui dia nikah sama

            Nyi Iteung, tidak seperti bapak mertuanya yang setengah
            setuju. Kabayan memang lebih patuh terhadap ibu mertuanya
            daripada kepada bapak mertuanya.
                 Kabayan mendadak berhenti, tetapi hatinya terus

            berbicara. “Eh, Iteung ‘kan lagi mengidam, kasihan juga
            kalau dia mau makan nangka. Kasihan bayinya juga. Bayinya
            ‘kan anak Akang juga. Duuh, maafkan, Iteung. Akang akan
            cepat-cepat mencari nangka. Akang mencari yang besar

            dan matang.”
                 Kabayan  mempercepat  jalannya.  Sambil  berjalan
            matanya tengok kiri-kanan mencari pohon nangka. Rasa-
            rasanya minggu lalu Kabayan pernah melihat pohon nangka,

            tetapi dia lupa-lupa ingat di mana. Kakinya melangkah dan
            otaknya terus mengingat-ngingat. Setelah berjalan sekitar



                                          5
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21