Page 17 - Si Kabayan
P. 17

20 menit dia teringat ada kebun yang ada pohon nangkanya
            di ujung kampung agak masuk ke dalam hutan. Waktu itu
            dia sedang mencari kayu bakar dan tidak sengaja melihat
            pohon nangka di dekat hutan kecil. Dia tahu pemilik kebun itu

            karena saat itu Pak Endit, pemilik kebun, sedang membabat
            rumput di sana. Dia bergegas ke kebun tersebut.
                 Akhirnya dia sampai juga di kebun itu. Kabayan berhenti
            sejenak. Pandangannya memutar ke sekeliling kebun untuk

            memeriksa siapa tahu ada pemilik kebun atau ada orang lain
            yang sedang lewat. Setelah diyakininya tidak ada orang lain,
            Kabayan segera masuk ke kebun itu dan tepat di sebelah
            kanan kebun pandangannya berhenti. Kabayan melihat pohon

            nangka yang sedang berbuah lebat. Dia melihat-lihat buah
            nangka yang cukup banyak dan dia melihat sepertinya buah
            nangkanya sudah matang, terbukti dari harumnya yang
            tercium oleh Kabayan.

                 Kabayan memanjat pohon nangka itu dan menepuk-
            nepuk buah nangka tersebut. “Pukk!.. pukk!” Terdengar
            suara agak nyaring ketika telapak tangannya menepuk
            buah nangka. Itu pertanda buah nangka itu memang sudah

            matang. Ukurannya sangat besar. Buah nangka itu dipotong
            dengan golok di bagian tangkainya dan jatuh dengan suara
            cukup keras. “Bukk...”
                 Sebelum turun, Kabayan melayangkan pandangannya

            ke samping kiri. Dilihatnya dari jauh ada orang datang
            mendekati kebun yang ternyata pemilik kebun. Orang itu



                                          6
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22