Page 21 - Si Kabayan
P. 21

datang karena keasyikan ngobrol. Begitu melihat Kabayan,
            Emak dan Nyi Iteung berdiri menyambut.
                 “Euleuh Akang! Sudah datang,” kata Nyi Iteung sambil
            senyum, berharap hari itu dia bisa makan nangka. Dia

            membayangkan betapa manis dan legitnya buah nangka.
            Lalu, dia menelan ludahnya.
                 “Dapat tidak buah nangkanya, Kabayan?” tanya Emak
            sambil matanya melihat seputar tubuh Kabayan.

                 “Dapat atuh, Mak. Matang dan besar sekali,” kata
            Kabayan bangga.
                 “Lalu, mana atuh nangkanya, Kang?” tanggap Nyi Iteung
            penuh tanda tanya.

                 “Hor! Memangnya belum sampai itu nangka?” Kabayan
            balik bertanya.
                 “Eh!  Sampai  bagaimana  maksud  Kabayan?”  Emak
            bertanya.

                 “Si nangka itu saya hanyutkan. Saya suruh dia pulang
            duluan ke sini. Kok belum sampai ya?” terang Kabayan. “Kan
            buah nangka itu sudah tua, sudah matang, masa tidak tahu
            jalan pulang!” Kabayan menjelaskan lagi.

                 “Iya ya, Kang! Mengapa nangka itu tidak tahu jalan ke
            sini?” Nyi Iteung ikut heran.
                 “Ah Kabayan, Kabayan! Masa buah nangka bisa pulang
            sendiri. Nangka ‘kan bukan manusia. Tidak dewasa pisan,”

            tukas emak.





                                          10
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26